Jumat, 20 Desember 2019

Peran seorang Ayah untuk Perkembangan Anak | Parenting

5 taun berkeluarga memang aku memutuskan untuk selalu mengikuti suami di setiap kota penempatannya. Aku dan suami tak ingin melewatkan masa emas anak2 yang saat ini sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Aku masih tak rela kalau anak2 lebih sering mendapatkan hanya dari seorang ibunya saja. Suami pun mendukung, walau sudah capek dengan pekerjaan di kantor tapi tetap mau meluangkan waktu untuk mengasuh anak2. Dia selalu menomorsatukan keluarganya. Saat ini Shidqi putra pertamaku sudah hampir 5 tahun dan Asha putriku hampir 3 tahun. Setelah kuamati memang ada perkembangan emosional unik karena mereka "ketunggon" ayahnya. Berikut beberapa hal yang coba dibangun suami sebagai seorang ayah kepada anak2nya:

1.  Sering melakukan hal yang mengeksplorasi sisi emosional anak
Tak jarang suami mengajak anak2 berjoget sekonyol2nya. Anak2 pun sangat menikmatinya karena kalau bareng sama aku mereka lebih condong aku ajari materi kognitif. Tapi kalau bareng ayahnya, mereka akan melakukan hal2 yang sifatnya lebih enjoy dan santuy.


2. Si ayah sering memanjakan anak2 dengan membelikan mainan
Memang hal ini kurang bagus ya kalau anak2 selalu dituruti maunya. Kepengen beli mainan Anak dibelikan, B juga dibelikan. Tapi yang aku amati, suami membelikan mainan itu ada tema nya. Gag semua yang dipengenin si anak di "iya" ini. Nah, tema mainan pertama yang Shidqi punya itu kereta2 Thomas dkk. Koleksinya hampir lengkap banget. Si ayah juga mengajari anaknya cara merawat mainan itu.

Tema mainan selanjutnya ada juga hotwheel. Macem2 dan modelnya. 

Ada juga yang sekarang digandrungi si anak, tema pokemon. Cuma si ayah lebih mengarahkan bukan ke mainan lagi melainkan ke hobi anak untuk mewarnai. Jadi di printkan tuh gambar2 pokemon berpuluh2 lembar.

Sempat aku menanyakan ke suami. Untuk apa anak2 dibelikan mainan bertema begitu? Karena suami punya alasannya. Dia ingin anak2 nya punya daya "imajinasi". Yups imajinasi itu yang mahal harganya bukan mainannya yang mahal ya, hehe. Lalu apa pentingnya imajinasi. Entah dapat wangsit darimana suami menjelaskan kalau anak2 sangat butuh imajinasi. Karena dengan berimajimasi artinya anak punya kecerdasan emosional yang baik. 

3. Si ayah selalu melatih anaknya bertanggung jawab 
Nah, ini yang kadang di luar nalar ku. Sempat aku marah2 karena saat ini kami tinggal di rumah kontrakan yang gag begitu luas. Ditambah lagi dia memelihara 2 kelinci. Alasannya yang 1 untuk Shidqi dan satunya untuk Asha. Sering jengkel karena kotoran kelinci berserakan di teras. Tapi suami cuma diam aja terhadap protesku. Setelah beberapa Minggu memelihara kelinci ternyata terlihat perubahan perilaku anak2. Setiap pagi dia selalu melihat apakah kelincinya sudah ada makanan. Lalu sore hari pun juga begitu. Anak2 seringkali buka tutup kulkas ambil kangkung dan wortel dia berikan ke kelinci. Dia amati juga apa masih ada air minumnya. Kalaupun habis mereka ambil gelas, lalu ambil air dari dispenser. Dan dari gelas nanti mereka tuang ke tempat minum kelinci. Suami baru comment, aku belikan kelinci ini supaya anak2 belajar bertanggung jawab. 
Nah, mungkin itu beberapa hal yang udah aku amati ya. Makanya aku masih ketergantungan banget soal ngurus anak2 sama suami. Tapi pola tugas suami yang sering pindah2 ini seringkali kami diskusikan. Mungkin, iya mungkin suatu saat aku harus stay bareng anak2 karena kalau sudah usia sekolah gag mungkin juga akan bisa ngikutin suami terus. Bismillah, semua pasti akan ada jalannya nanti.

Sabtu, 14 Desember 2019

So Sad, We must Out from Waingapu, East Sumba, NTT

Kamis, 3 Oktober 2019 dini hari sekitar pikul 03.00, Asha anakku merengek minta dibuatkan susu dot. Dan aku terbangun lalu membuatkannya susu. Setelah itu tak sengaja kulihat HP suami yang terus menerus berdering dan ramai sekali group watshapp nya. Berpuluh ucapan selamat atas mutasi ke kantor baru yang ternyata salah satunya adalah untuk suamiku. Kaget pasti, lalu kubangunkan suami dan memintanya untuk segera cek dipindah kemanakah kita?
Sambil terus bergumam membaca Bismillah semoga dipindah ke jawa. Dan taarrrraa.... Alhamdulillah dapat tempat baru di Tegal, Jawa Tengah. Hal pertama tentu kami berpelukan secara mengucap syukur bersama. 2 tahun kami memimpikan untuk bisa kembali ke tanah jawa. Dikarenakan terlalu histerisnya kami, sampai Asha ikut bangun sambil senyum-senyum. Mungkin anak-anak juga ikut merasakan kebahagiaan kami, 
Namun di sisi lain, ada kesedihan mendalam saat kami harus meninggalkan Waingapu. Pulau ini telah banyak mengajarkan kami banyak hal tentang kehidupan. Tanah Sumba ini memberikan ketentraman hidup yang sungguh luar biasa. Bahkan tak terlihat kesombongan penduduk sekitar karena memang kami hidup dalam keterbatasan. Waingapu mengajarkanku kehidupan tempo dulu, dimana aku harus kembali belajar memasak menggunakan kompor minyak. Seringkali diketawakan suami dan anak-anak karena muka cemong hitam gegara kena angus sehabis masak atau cuci piring. Penampakan kompor minyak yang 2 tahun menemaniku:


Aku menjadi lebih sering masak daripada beli makanan di luar. Iyalah karena di sana yag dijual menu nya kurang bervariatif. Pernah sekali karena lagi malas masak, kami beli lauk di luar. Alhasil, si Asha kena tipus dan harus opname selama 5 hari. Sisi positifnya, aku jadi banyak belajar resep masakan lho, 
Akhir pekan kemana? Nge-mall? Gak mungkin lah, di sana belum ada mall. Adanya mol kepala dan kopi alias penggilingan. Jadi tiap weekend kami menghabiskan waktu untuk menikmati bukit, pantai, dan dermaga. Rasanya lebih damai pasti dan itu yang gag akan kami temui di jawa. Beberapa tujuan wisata alam yang sering kami kunjungi antara lain:

1. Pantai Walakiri

2. Pantai Puru Kambera


3. Dermaga Lama

4. Bukit Wairinding 


5. Bukit Tenau


6. Kampung Raja Prailiu

7. Pantai Padadita



8. Bukit Persaudaraan

9. Pantai Batu Payung

10. Bendungan Lambanapu


11. Pantai Cemara


12. Pantai Maramba

13. Morinda



14. Pantai Londa Lima


15. Bukit Raksasa Tidur


16. Taman Sandalwood