lanjutan dari part 2 ....
Ujian yang kami rasakan adalah saat kurang setahun lagi cicilan. Qadarullah, ada pandemi di negara ini. Pandemi membuat perekonomian melemah. Biasanya banyak bonus yang diterima suami tapi ini nihil sama sekali. Bersyukur tidak ada potongan gaji saja sudah alhamdulillah. Ditambah lagi, ibu dari suami sakit dan harus opname beberapa kali. Butuh biaya yang tak sedikit, apalagi untuk biaya pemulihan yanng mengharuskan terapi berkali-kali. Hingga saat artikel ini ditulis, ibu mertua masih harus berjuang untuk bisa sembuh. Terus terapi agar bisa memulihkan badan, bisa berdiri dan berjalan lagi.
Tapi tahukah...??
Menjelang sebulan sebelum lunas hutang riba kami rasanya begitu plong. Kami merasakan begitu Allah SWT mudahkan semua ursan di akhir perjuangan ini. Bantuan finansial dari berbagai pihak datang bertubi-tubi. Dan semuanya tanpa riba, alhamdulillah. Di saat kami sudah merasa habis-habisan ternyata Allah tak pernah meninggalkan kami.
Bulan depan adalah bulan yang benar-benar kami nantikan. Berusaha terbebas dari dosa yang selama ini tak pernah kami pikirkan. Astagfirullah... Banyak membaca kalau yang namanya berhutang itu seperti penyakit kambuhan. Sudah pernah coba sekali pasti akan coba lagi untuk kedua, ketiga kalinya. Semoga Allah menjadikan kami istiqomah dengan keputusan ini. Memperbanyak sedekahnnya lagi agar tidak mudah goyah dengan riba. Aamiin aamiin ya rabbal alamin.