lanjutan dari part 1 ....
2 tahun kami tinggal di luar jawa, bersyukur bisa lancar mengangsur cicilan hutang. Hingga suatu hari keluar mutasi suami yang mengharuskan kami pindah ke jawa. Bersyukur tentunya karena di jawa pasti harga-harga lebih murah dan tentu banyak pilihan sekolah untuk anak-anak.
Menjalani hidup dengan berpindah-pindah membuat kami mengenal banyak teman, sahabat yang bisa dikatakan sudah seperti keluarga sendiri. Saling kirim barang atau hadiah menjadi hal yang wajar ketika sudah tidak satu lingkup wilayah lagi. Suatu hari, kami mendapat kiriman buku komik islami sebanyak 5 buah. Mengejutkan sekali, ternyata setelah kami baca dan pelajari komik tersebut membahas banyak hal tentang riba. Sontak itu menjadi tamparan yang sangat keras bagi kami. Merasa tertegur sekali karena begitu banyak hutang riba yang masih kami tanggung. Betapa banyak dosa kami karena seperti memerangi Allah dan Rasul. Padahal sudah jelas banyak surat yang Allah tuliskan dalam Al-Quran tentang larangan dan bahaya riba.
Tibalah aku dan suami berdiskusi, bagaimana inginnya kami untuk keluar dari jerat riba. Keinginan untuk hidup apa adanya saja. Saat ini aset yang kami punya hanyalah rumah. Kalau kami jual rumah tentu akan sangat berdampak besar. Akhirnya kami memutuskan untuk mempercepat jangka waktu cicilan. Tentu dengan konsekuensi bertambah besarnya cicilan setiap bulannya. Yap, ini memang keputusan yang dirasa berat karena setiap bulannya kami masih ada tanggungan orang tua juga. Tapi kami yakin, ketika ingin berjalan di jalannya Allah tentu itu bukan hal mustahil bisa terwujud.
Banyak perubahan tentu dalam pengelolaan keungan dalam 2 tahun percepatan angsuran ini. Banyak yang gag percaya ketika kami bilang tidak ada uang. Bahkan keluarga sendiripun banyak yang nyinyir ketika kami jelaskan maksud kami yang ingin terbebas riba.
"Ngapain utang pengen cepet dilunasin?"
"Biarin mengalir aja apa adanya nanti kan lunas sendiri"
"Buat apa percepatan pelunasan segala?"
Dan masih banyak tentu yang menyalahkan kami tentang keputusan itu. Hanya orang tua kami yanng mendukung saat itu. Tak apalah dianggap hina di mata saudara atau orang lain, yang penting kami berusaha mengikuti jalan Allah. Lalu apakah dalam waktu percepatan pelunasan itu berjalan mulus? Tentu tidak!!! Dalam 2 tahun bertubi-tubi keluarga kami mengalami banyak cobaan.
Masalah apa saja yang kami harus hadapi? Lanjut ke part 3 yaaa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar