Mei, 2018 saat itu aku dan Shidqi (anak pertamaku) kembali ke Semarang. Suami harus menjalani sebuah diklat cukup lama di kota lain. Setiba di kota kelahiranku, badan rasanya capek semua. Pegal di punggung terasa betul, aku pikir hanya kelelahan karena 9 jam lebih duduk di kereta. Setelah pijat badan di tukang urut langganan ternyata hasilnya sama saja. Badan masih terasa lemas, mau bangun tidur selalu malas.
Kekhawatiran jangan2 aku hamil lagi muncul di otak. Ditambah lagi memang aku belum menstruasi sejak bulan kemarin. Sepulang diklat suami, kuberanikan diri membeli testpack. Dan tarraaa... hasilnya positif. Bersyukur sudah pasti karena Allah memberikan kepercayaan besar lagi kepada kami. Tapi rasa bimbang yg lebih mendominasi. Apalagi aku orangnya baperan. Terlalu mikir gimana2 nanti kata orang. Shidqi saat itu masih usia 1 tahun. Pasti nyinyiran orang akan membanjiri otak ku.
Yapp, lalu kucari kepastian hamilku ke dokter kandungan. Dan ternyata benar, hasilnya positif usia kandungan 5 minggu. Sempat berkonsultasi lama dengan dokter cantik berjilbab itu. Tentang masalah bahwa aku masih menyusui anak pertamaku yang berusia 1 tahun dan tentu kekhawatiranku tentang anak kesundulan seperti yang banyak orang omong. Spontan dokter menyegarkan otak ku bahwa "gag apa2 Bu, saya pun punya anak juga kesundulan. Tapi nanti enak waktu sudah gedhe semua". Entah ini mungkin sedikit support Allah kepadaku yang saat itu pun aku bingung harus bagaimana menceritakan kepada keluargaku sendiri. Hanya suami yang saat itu ku punya untuk saling menguatkan bahwa kita pasti mampu untuk menerima amanat Allah ini. Pasti Allah punya rahasia di balik kehamilan keduaku.
Persis seperti kehamilanku yang pertama, pada trimester pertama pasti aku ambruk. Sering gag kuat bangun karena pusing, mual, dan muntah2. Suami memberanikan diri untuk membawaku dan Shidqi ke malang lagi, kota tempat dinasnya. Di sana pun aku tetap ambruk. Ditambah lagi dengan omongan tetangga yang bikin kuping panas. Yang hanya sekedar bertanya kalau aku hamil lagi lah, atau sekedar mengejekku dengan pandangan nyinyirnya. Hal ini membuat suami jadi gak fokus ke kerja karena mengurus aku dan Shidqi. Alhasil aku dan Shidqi kembali ke Semarang lagi sampai keadaan stabil. Rasa bersalahku kepada anak pertamaku seringkali timbul tenggelam. Ku bawa kesana kemari tanpa dia tau apa yang sebenarnya terjadi. Maafkan bunda ya nak, kamu anak kuatnya bunda dan ayah.
Setelah kondisiku membaik dan kuat untuk aktivitas, lalu kami kembali menyusul suami ke Malang lagi. Alhamdulillah, kali ini mertuaku ikut bersama merawatku dan Shidqi. Hari demi hari kami lewati, Shidqi rasanya tidak kekurangan kasih sayang sedikit pun. Ditambah ada bapak ibu mertua yang selalu memanjakannya.
Dalam setiap sholat dan doaku, masih ada pertanyaan yang mengganjal. Ya Rabb, apa sebenarnya rahasia yang akan Engkau ceritakan padaku dengan kehamilan kedua ku yang begitu cepat ini.
Mendekati hari persalinan, aku kembali ke Semarang karena rencana akan melahirkan di sana. Dengan pertimbangan banyak saudara yang bisa bantu urus Shidqi saat ku tinggal lahiran. Tepat tanggal 24 Januari 2017, lahirlah putriku sebagai anak kedua. Ini rahasia pertama yang Allah berikan. Rasa sedih, lelah, bercampur haru karena Allah begitu cepat memberikan kelengkapan putra dan putri pada keluarga kecilku. Dimana pasti banyak keluarga di luar sana yang mendambakan mendapat anak lengkap cowok dan cewek.
Asha adalah nama anak keduaku. Usia 3 bulan ku boyong dia ke Malang. Saat itu kondisi keuangan kami benar2 sedang parah. Bahkan untuk aqiqah Asha kami sampai kehabisan tabungan. Tapi Allah punya seribu rahasia untuk kami tentunya. Hingga hanya dalam hitungan beberapa bulan saja, suami mendapatkan SK mutasi dan pengangkatan jabatan. Hal ini bahkan diimbangi dengan kenaikan gajinya sampai 2x lipat. Sujud syukur kami, bahwa kami percaya tiap anak membawa rezeqi nya masing2.
Tidak hanya sampai itu, tempat mutasi suami adalah di luar Jawa. Tepatnya kota Waingapu NTT. Maha besar Allah karena di sini hanya ada 1 dokter spesialis kandungan. Tak kubayangkan bagaimana kalau hamilku di kota ini. Pasti saat periksa akan antri panjang. Dan tidak ada pilihan dokter kandungan lain untuk periksa.
"Jangan menyalahkan kapan akan hadir anak di antara kita. Karena Allah yang lebih tau kemampuan kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar